Reflektif
- 			
Sekedar menunaikan kewajiban
Pagi itu, udara masih sejuk. Matahari masih belum utuh menampakan sinarnya. Suasana sejuk di area perkantoran, seakan pohon-pohon berbisik, “Semangat wahai para pelayan masyarakat, ingat ini sudah hari senin!” Seperti biasa, Lapangan upacara mulai di penuhi para ASN, Mereka datang dengan ekspresi khas hari pertama kerja, tatapan kosong dan bingung-bingung mungkin masih terbawa suasan libur kemarin. Apel pagi dimulai pukul 07.30. Para pimpinan barisan mulai menyiapkan pasukannya. Para peserta ada yang sigap mengikuti arahan, ada juga yang tampak seperti kehilangan arah, berdiri diam dengan tatapan kosong ke cakrawala, mungkin belum iklas kalau hari ini sudah hari senin. Pemandangan Dari depan, barisan tampak rapi dan tertib. Sangat mengesankan, seperti pasukan kehormatan…
 - 			
“Roasting” Pagi
Penegakan disiplin bagi seluruh ASN kini menjadi perhatian serius para pimpinan instansi. Salah satu bentuk nyata penegakan disiplin itu adalah apel, baik apel pagi maupun apel sore. Bahkan, apel kini sudah jadi isu nasional tingkat instansi dibicarakan di mana-mana, seolah tanpa apel, roda birokrasi bisa kehilangan arah. Setiap pegawai dituntut bisa menjadi petugas apel, alias pimpinan barisan. Tugasnya sebenarnya sederhana, menyiapkan barisan, memberi aba-aba, melapor ke pembina apel, memimpin doa, lalu membubarkan barisan. Tapi entah mengapa, saat giliran tiba, tugas yang “sederhana” itu terasa seperti sedang memimpin upacara kemerdekaan di Istana Negara. Pukul 07.30, para pegawai sudah berbaris rapi di halaman kantor. Barisan di kelompokan berdasarkan bidang masing-masing , di situlah terlihat bidang mana…
 - 			
Ninja Sejati
Di sebuah ruangan berukuran 6×9 meter. Seperti hari-hari biasanya, para pegawai terlihat sibuk dengan ritual sakral mereka masing-masing. Menatap layar PC dan jari jemarinya menari di atas papan keyboard. Ada yang mengetik laporan harian di aplikasi My ASN, ada yang menyusun konsep kegiatan, ada juga yang sedang berburu deadline mengumpulkan data dan dokumen permintaan dari bagian perencanaan. Dan ada juga segelintir pegawai yang masih sempat menscroll TikTok dan Instagram, melakukan riset sosial media untuk “menambah wawasan”.Pagi ini kantor terasa lebih ramai dari biasanya. Beberapa pegawai mondar-mandir ke ruangan Kepala Bidang. Ada yang masuk dan ada juga yang keluar. Yang keluar wajahnya seperti baru sajamenerima “penugasan wajib militer”. Dan yang mau…
 - 			
Antara Terompet dan Deadline
Di sebuah ruangan berukuran 6×9 meter yang penuh dengan energi kerja dan sedikit aroma rebusan. Para pegawai sedang tenggelam dalam lautan tugas dan tanggung jawab. Papan keyboard nyaris kwalahan mengikuti arahan jari-jari yang menari menuntaskan draft surat. Ada yang serius menyusun konsep seperti sedang menyusun “pidato kenegaraan”. Ada yang kejar-kejaran dengan deadline ajang nominasi Kementerian seolah hidupnya ditentukan oleh submit sebelum jam 12.00 siang. Ada juga yang sibuk menelpon kanan-kiri, mirip petugas layanan pelanggan Telkomsel pas sedang jam sibuk. Dan satu orang terlihat sedang bertapa dalam keheningan, entah mencari wangsit, ketenangan, atau mungkin sinyal WiFi. Suasana mendadak hening, begitu heningnya hingga suara napas terdengar lebih jelas dari suara nada notifikasi…
 - 			
Berburu Apel Pagi
Selasa 08 Juli 2025 Sejak Wakil Gubernur melakukan sidak ke kantor kami, suasana langsung berubah 180 derajat. Kalau sebelumnya apel pagi itu semacam mitos yang sering dibicarakan, tapi jarang terlihat, maka kini ia telah menjelma menjadi “rutinitas sakral”. Budaya apel pagi sekarang sudah mendarah daging di lingkungan Dinas Pariwisata. Bahkan, beberapa pegawai kayaknya lebih takut ketinggalan apel pagi dari pada ketinggalan “sholat berjamaah“. Alasannya karena jika satu hari tidak apel sama dengan satu hari dianggap tidak hadir, maka satu langkah lebih dekat menuju “surat cinta” dari pembina kepegawaian. Maka tidak heran, banyak yang rela jadi “pejuang subuh“, berangkat gelap demi satu tujuan mulia “stempel kehadiran”. Masuk kantor sekarang tidak cukup…
 - 			
Pesan untuk pengabdian
Rabu 02 Juli 2025 Pagi ini suasana di dalam ruangan terasa tidak biasa. Ruangan berukuran 6 x 9 meter yang biasanya bisa dijadikan tempat kontemplasi karena saking sunyinya, tiba-tiba berubah menjadi arena survivor. Meja yang dulu kesepian kini harus berbagi nasib. Ada yang semeja berdua, ada yang duduk di kursi tanpa meja, dan ada juga yang berdiri di depan pintu sambil berpura-pura santai, padahal berharap ada yang menawarkan tempat duduk. Sehari sebelumnya, ruangan ini lebih mirip ruang hampa. Kadang hanya satu-dua pegawai yang setia mengotak-atik komputer sambil menyeruput kopi mama hendrik. Bahkan, di waktu-waktu tertentu, ruangan ini berubah status menjadi kosong.Hanya diisi suara angin AC dan notifikasi email di PC kantor yang…