Pegawai Kantoran,  Reflektif

Sekedar menunaikan kewajiban

WhatsApp-Image-2025-11-03-at-12.58.55-2-682x1024 Sekedar menunaikan kewajiban

Pagi itu, udara masih sejuk. Matahari masih belum utuh menampakan sinarnya. Suasana sejuk di area perkantoran, seakan pohon-pohon  berbisik, “Semangat wahai para pelayan masyarakat, ingat ini sudah hari senin!”

Seperti biasa, Lapangan upacara mulai di penuhi para ASN, Mereka datang dengan ekspresi khas hari pertama kerja, tatapan kosong dan bingung-bingung mungkin masih terbawa suasan libur kemarin.

Apel pagi dimulai pukul 07.30. Para pimpinan barisan mulai menyiapkan pasukannya. Para peserta ada yang sigap mengikuti arahan, ada juga yang tampak seperti kehilangan arah, berdiri diam dengan tatapan kosong ke cakrawala, mungkin belum iklas kalau hari ini sudah hari senin.

Pemandangan Dari depan, barisan tampak rapi dan tertib. Sangat mengesankan, seperti pasukan kehormatan siap menyambut tamu negara. Tapi coba lihat ke bagian belakang. Suasananya jauh lebih demokratis. Ada yang koja-koja santai sambil membelakangi barisan, posisi tangannya dilipat di dada seperti sedang debat batin dengan roh roh penunggu lapangan . ada juga yang terlihat memakai sepatu putih dan topi Adidas, mungkin tadi pagi salah ambil outfit, atau mungkin memang sekarang trennya sporty formal. Di sudut lain, tas ransel masih setia menempel di punggung, seolah belum ikhlas ditinggal.

Dan seperti biasa, ada juga tim ‘asap’ yang beraksi. Mereka ini unik meski baru beberapa menit apel dimulai, mereka sudah tidak kuasa menahan rindu pada sebatang Sampurna. Asap tipis-tipis  mengepul pelan, menyatu dengan embun pagi. Sebuah bentuk loyalitas pada zat nikotin.

Upacara kali ini dipimpin oleh Sekretaris Daerah Provinsi. Di belakang beliau, berbaris rapi para kepala OPD alias para eselon 2, yang tampak penuh wibawa. Di sisi utara, berdiri para kepala bidang (eselon 3) yang khidmat, sesekali melirik kearah bos masing-masing. Sedangkan di sisi selatan, para kepala seksi (eselon 4) berjajar dengan wajah antara fokus dan bingung, mungkin masih memastikan apakah absen sudah terdeteksi otomatis atau belum.

Sementara itu, di bagian barat lapangan berdiri barisan yang paling dinamis, para staf alias pasukan lapangan. Mereka ini ibarat prajurit sejati. Saat disuruh terjun ke “medan perang” , mereka hanya menjawab satu kata penuh semangat:

“Siapppp!”

Meskipun setelah itu, baru cari tau cara caranya bagaimana, alias medan perangnya di mana dan harus bawa apa.

Satu hal yang pasti, apel pagi adalah momen yang… ya begitulah. Di satu sisi, ini bentuk kedisiplinan. Di sisi lain, ini juga ruang penuh kreativitas diam-diam, ekspresi, gaya berdiri, sampai pilihan alas kaki. Namun, di balik semuanya, tetap ada semangat yang perlu diapresiasi, yakni kehadiran. Karena meski banyak hal yang dilakukan di pagi Senin, namun mereka semua tetap datang, berdiri, dan sekadar menunaikan kewajiban.

Share this content:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *