Pegawai Kantoran,  Reflektif

Pesan untuk pengabdian

WhatsApp-Image-2025-11-03-at-13.04.38-1-683x1024 Pesan untuk pengabdian

Rabu 02 Juli 2025

Pagi ini suasana di dalam ruangan terasa tidak biasa. Ruangan berukuran 6 x 9 meter yang biasanya bisa dijadikan tempat kontemplasi karena saking sunyinya, tiba-tiba berubah menjadi arena survivor. Meja yang dulu kesepian kini harus berbagi nasib. Ada yang semeja berdua, ada yang duduk di kursi tanpa meja, dan ada juga yang berdiri di depan pintu sambil berpura-pura santai, padahal berharap ada yang menawarkan tempat duduk.

Sehari sebelumnya, ruangan ini lebih mirip ruang hampa. Kadang hanya satu-dua pegawai yang setia mengotak-atik komputer sambil menyeruput kopi mama hendrik. Bahkan, di waktu-waktu tertentu, ruangan ini berubah status menjadi kosong.Hanya diisi suara angin AC dan notifikasi email di PC kantor yang belum di log out oleh pegawai di ruangan.

Ternyata, perubahan ini bukan karena tiba tiba ada event. Penyebab utamanya adalah gelombang baru pegawai ASN dan PPPK yang datang seperti air bah. Di kantor kami, penambahannya nyaris mencapai setengah dari jumlah total pegawai sebelumnya. Dan yang bikin suasana makin semarak mayoritas dari mereka masih muda enerjik dan ekspresif. Karena kebanyakan mereka lahir di tahun 2002 an bahkan ada di tahun 2004. Artinya, sebagian dari mereka belum sempat merasakan hidup tanpa internet.

Ada yang mantan pegawai hotel bintang, mantan karyawan kementerian, bahkan ada juga yang sebelumnya adalah owner produk kecantikan. Lengkap sudah, tinggal mantan kontestan Master Chef, tapi jangan salah ada juga pegawai yang memilki basic chef cuman dia belum sampai ke konsestan Master Chef. Jadinya suasana kantor seperti acara reality show.

Mereka datang dengan beragam latar belakang. Ada yang sudah lama berlayar di dunia birokrasi, ada yang baru saja sandar dan masih bingung mana tugas, hak dan kewajiban. Tapi satu hal yang pasti, semuanya membawa warna baru, entah cerah, pastel, atau neon, tergantung mood hari itu.

Pimpinan pun mulai memetakan posisi terbaik untuk para pegawai baru. Penempatan tentu tidak bisa merata, karena disesuaikan dengan kebutuhan dan beban kerja. Meskipun begitu, pembagiannya berusaha adil, meskipun ada yang dapat tempat kerja dengan beban kerja berat dan ada pula yang tidak punya beban, yang penting ikut apel, duduk tenang diruangan, dan pulang tepat waktu. Namun itulah takdir birokrasi.

Dalam ekosistem kantor, selalu ada beragam karakter pegawai. Ada yang idealis dan solutif, ada juga yang hobinya mengeluh sebelum bekerja. Ada yang memprovokasi, ada pula yang hadir sebagai penyejuk suasana (biasanya juga merangkap pembawa makanan ringan). Nah, karakter-karakter ini penting untuk dikenalkan kepada pegawai baru, supaya mereka bisa membedakan mana rekan kerja, mana toxic influencer. Ibarat virus, kebiasaan buruk di kantor itu bisa menular. Tapi jangan khawatir, selama daya tahan mental kuat dan pikiran tetap positif, virus itu bisa dikendalikan.

Kedatangan generasi baru juga kadang membuat para pegawai lama merasa terancam. Terutama bagi yang terbiasa kerja santai, malas upgrade kemampuan, atau yang prinsip kerjanya “menunggu bola” (meskipun bolanya tidak pernah datang). Karena pada akhirnya, alam birokrasi akan menyeleksi sendiri, siapa yang bertahan, siapa yang bertahan pura-pura, dan siapa yang harus pamit secara elegan.

Di tengah dinamika ini, satu hal yang tak boleh dilupakan,  sikap berkeadilan dari pimpinan. Bukan hanya adil dalam memberikan apresiasi, tapi juga adil dalam memberikan teguran. Jangan sampai yang rajin cuma diberi ucapan “good job”, sementara yang malas hanya ditegur lewat tatapan sinis dari kejauhan. Adil itu penting untuk menjaga lingkungan kerja yang sehat dan harmonis,

Pesan penulis buat Buat adik-adik,

“Selamat datang didunia pengabdian, setiap tindakan dan perbuatan yang bermanfaat untuk institusi bernilai ibadah. ASN yang hebat bukan yang paling sibuk tetapi yang paling bermanfaat”.

Share this content:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *